Selamat Datang

Senin, Agustus 10, 2009

Penderita Diabetes Tipe2 dengan Hiperkolesterol

Penyakit Kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2. Karena tingginya kematian akibat PJK pada pasien dengan DM tipe 2 maka pasien tersebut perlu mendapatkan tatalaksana optimal seperti pasien tanpa DM yang sudah menderita PJK.
Lipid salah satu faktor utama terjadinya PJK, juga menunjukkan peran yang signifikan dalam mortalitas kardiovaskular pada pasien2 DM Tipe 2. Peningkatan kadar lipid pada pasien DM tipe 2 dikaitkan dengan peningkatan mortalitas kardiovaskular yang tajam dan linier.
Low density lipoprotein cholesterol (LDL-C) merupakan fraksi lipoprotein yang memegang peranan terpenting pada DM tipe 2, dimana pada DM tipe 2 lipoprotein ini mempunyai sifat yang lebih aterogenik karena mempunyai struktur yang kecil dan padat.

Panduan2 internasional yang ada menganjurkan penurunan kadar LDL-C dengan target <= 100mg/dL (akan lebih optimal kalau <=70 ml/dL) pada DM tipe 2 (resiko tinggi), sedangkan untuk pasien dengan DM tipe 2 dan PJK (resiko sangat tinggi) maka target LDL-C adalah <= 70 ml/dL. hal ini merupakan tantangan tersendiri, terutama pada pasien2 dengan kadar LDL-C >140 mg/dL, karena memerlukan farmakoterapi yang mampu menurunkan kadar LDL-C lebih dari 50% untuk mencapai target. Studi2 yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe 2 gagal untuk mencapai target meskipun dengan dosis statin maksimal. Rata-rata di Asia hanya 12% pasien yang bisa mencapai target terapi LDL-C, hal ini dikarenakan statin pada umumnya hanya mampu untuk menurunkan kadar LDL-C antara 31% sampai 45%. Kondisi ini menuntut adanya terapi yang lebih kuat tapi tetap aman untuk menurunkan kadar LDL-C pada DM tipe 2 sampai target ideal.

Terapi penurunan LDL-C dengan statis seringkali tidak mampu untuk mencapai target terapi oleh karena adanya mekanisme kompensasi terapi oleh karena adanya mekanisme kompensasi dari penghambatan sistesis kolesterol yaitu peningkatan absorbsi di saluran cerna. Kadar kolesterol di dalam tubuh ditentukan oleh laju absorbsi di usus dan sistesis di hati, pada saat sistesis dihambat oleh statis maka absorpsi dapat meningkat sampai dengan 4 kali lipat. Oleh karenanya untuk mencapai target terapi LDL-C harus dilakukan inhibisi terhadap kedua mekanisme tersebut... yang dapat dicapai dengan menambahkan ezetimibe (penghambat absorpsi kolesterol dengan terget di jejenum) pada terapi statin. Kombinasi ezetimibe dengan statis secara signifikan mampu menurunkan kadar LDL-C lebih tinggi dibandingkan dengan monoterapi statin (44,8% - 61,4% vs. 32,7% - 48,5%), selain juga mampu menurunkan kadar trigliserida (18-33%) dan meningkatkan kadar HDL-C (9%) lebih baik.

Studi VYTAL yang membandingkan antara Ezetimibe/Simvastatin (10mg/20mg atau 10mg/40mg) dengan Atorvastatin (10mg atau 20mg) pada 1.229 pasien DM tipe 2 dengan hiperholesterolemia menunjukan bahwa terapi dengan kombinasi memberikan hasil yang lebih baik ditinjau dari berbagai aspek, mulai dari penurunan LDL-C yang lebih banyak sampai kepada penurunan penanda inflamasi. Terapi kombinasi Ezetimibe/Simvastatin (10/40) juga mampu menghasilkan pencapaian target terapi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Atorvastatin 20mg (81,8% vs. 31,2%).
Pencapaian yang lebih baik ini diperkuat dengan efek samping terapi yang rendah, dimana hanya 0,2% pasien dengan Ezetimibe/Simvastatin yang menghentikan pengobatan karena efek samping obat dibandingkan dengan 1% pada pasien yang mendapatkan Atorvastatin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar